Putri Diana dilahirkan dengan nama Diana Frances Spencer, anak bongsu dari Edward Spency 1961 di Park House, Sandringham Estate. Beliau dibaptis di gereja St Mary Magdalene di Sandringham, oleh Percy Herbert. Diana mendapatkan pendidikannya di Riddlesworth Hall di Norfolk dan di west Heath Girl's School, di Sevenoaks,Kent, di mana beliau diangggap sebagai seorang pelajar berprestasi rendah.
Saat berusia 16 tahun, Diana meninggalkan sekolah West Heath untuk melanjutkan pelajarannya di Institut Alpin Videmanette di Switzerland, sebuah sekolah yang menitikberatkan pada pendidikan budaya di mana di situ juga terdapat wadah bagi para pelajarnya untuk kegiatan - kegiatan sosial. Walaupun Diana tidak cemerlang dalam pelajarannya tetapi beliau merupakan seorang penyanyi yang baik.
Pada tanggal 24 Februari 1981 Lady Diana bertunang dengan Pangeran Charles, dan tanggal 29 Julai 1981 mereka menikah di Kathedral St Paul, London, dalam upacara yang sedemikian meriah. Keberuntungan Lady Diana seolah mewakili wanita muda di seluruh dunia pada umumnya yang memperoleh jodoh dan bersama-sama mengarungi bahtera perkahwinan. Lady Diana seolah-olah begitu sempurna mewakili sosok wanita idaman yang begitu harmonis dan bahagia menemukan cintanya, apalagi dengan calon pewaris tahta kerajaan Inggeris. Lady Diana semakin disayangi oleh orang Inggeris ketika mulai melahirkan putra pertama Pangeran William Arthus Philip Louis, kemudian disusul putra kedua Pangeran Henry Charles Albert David. Sangat terasa kebahagiaan masih menyelimuti keluarga baru ini.
Namun selang beberapa tahun kemudian mulai muncul benih-benih keretakkan keluarga dengan berpalingnya Charles ke cinta pertamanya, Camilia Parker Bowles. Selain itu ternyata Diana ternyata menderita bulimia, tercatat sampai lima kali cuba bunuh diri seperti dalam biografi yang ditulis oleh Andrew Morton.Bukan hanya Charles yang main affair dengan wanita idaman lain (WIL), tetapi Diana pun terang-terangan punya affair dengan leleki idaman lain . Harapan dan sekaligus "kepercayaan" yang diberikan oleh masyarakat dunia agar pasangan ini bahagia selamanya tidak mampu mereka pertahankan. Setelah diumumkan oleh PM Inggeris John Major pada 9 Desember 1992 bahawa pasangan itu hidup berpisah, pada 28 Ogos 1996 keduanya benar-benar berpisah. Kisah bak dongeng yang (diharapkan) serba indah pun berakhir.
Majalah Woman's Day pada edisi 31Ogos 1997 menurunkan tulisan berjudul Diana Jatuh Cinta, Diana oh Diana...., menceritakan makin intimnya Lady Diana dengan Milyader Dodi al-Fayed (42). Siapa mengira, redaksi harian ini malam harinya harus menyiapkan aneka tulisan untuk disajikan esok harinya, sehubungan dengan meninggalnya Putri Diana dengan pacarnya Dody, pengendara mobil Henri Paul dan bodyguard Al-Fayed Trevor Rees-Jones dalam suatu kecelakaan lalu lintas di Paris, Minggu (31/8) dini hari? Kami memilih judul berita utama Putri Diana Mati Saat Temukan Cinta Sejati, karena ternyata sepanjang perkawinan dengan Charles -- berdasar pengakuannya di biografi maupun wawancara dengan media - dia tidak merasakan indahnya cinta sejati. Dengan caranya sendiri dia cuba menemukan cinta sejati itu. Namun takdir menentukan lain. Tiada hal yang pasti di dunia ini, kecuali kematian, dan Diana telah membuktikan hal itu. Dunia terkejut dan bersedih. Wajar pula kiranya bila Inggeris terkejut dan "marah". Namun Diana terlanjur pergi dan tidak pernah kembali. Tidak akan ada lagi senyum menawan wanita pemalu yang mencintai anak-anak dan sesama antara lain dengan aktif dalam kempen anti-ranjau darat di seluruh dunia, mencintai musik klasik dan balet, serta pemain ski ulung dan jago renang.
MENJADI seorang publik figure, apalagi seorang wanita cantik yang pada waktu itu menjadi isteri seorang calon pewaris takhta kerajaan, memang tidak mudah bagi Lady Diana. Di mana saja dia berada, sorotan kamera televisyen, kilatan blitz foto, dan coretan pena di atas nota-nota, senantiasa mengiringi. Seolah apa saja yang dia lakukan, apalagi setelah mulai melakukan affair, menarik dijadikan berita. Belum lagi -- dan ini yang justru lebih banyak dan lebih merepotkan -- kehadiran wartawan yang selalu membuntuti orang - orang penting dan kaya untuk difoto paling eksklusif dengan imbalan honor tinggi dari media yang bersedia membelinya.
The Sun, The Mirror, dan Daily Mail, adalah tiga tabloid di Inggeris yang langganan membayar tinggi foto-foto eksklusif kiriman wartawan. Salah satu penyulut kecelakaan maut Diana dan Dodi itu adalah akibat ulah paparazzi yang bertindak berlebihan dan pantang menyerah karena mengejar honor tinggi. Toh masyarakat dunia tidak dapat menyalahkan sepenuhnya wartawan maupun media yang terus memberitakan perkembangan kisah Lady Diana kerana mereka memang tertarik menikmati perkembangan berita terbaru cerita putri itu.
Maraknya pemberitaan dan duka dunia atas meninggalnya Lady Diana, menunjukkan bahwa wanita itu memang memiliki kharisma luar biasa. Komitmennya terhadap kemanusiaan, dan perjuangannya mewujudkan keluarga yang berbahagia, memberikan inspirasi dan semangat bagi kaum wanita dunia untuk tidak mengenal lelah melakukan hal yang sama. Menjadi isteri, ibu, dan sekaligus publik figure yang baik dan bermakna bagi sesama memang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Namun Lady Diana telah berjuang keras meraihnya di antara guncangan hebat kehidupan peribadinya. Bukan hasil yang dipentingkan di sini, tetapi proses untuk mewujudkannya.
Detik-detik menjelang kematian Putri Diana-Inilah foto detik-detik sebelum kematian Putri Diana dan Dody al Fayed dalam sebuah kecelakan di paris yang akhirnya disiarkan setelah 10 tahun kematiannya, berikut ini foto-fotonya
Rujukan
- http://jrtekno.com/?pg=articles&article=7695
- http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8486510
No comments:
Post a Comment